Jika sedang di Surabaya, sempatkanlah untuk berkunjung ke House of Sampoerna. Kompleks seluas 1,5 Hektar yang awalnya dibangun untuk sebuah panti asuhan yatim piatu khusus laki-laki. Kompleks bangunan bergaya kolonial Belanda ini juga dikenal sebagai Sampoerna Theater dibeli oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1932. Atas prakarsa Sim Tjiang Nio, istri Seeng Tee, auditorium sentral dari kompleks ini dimanfaatkan sebagai gedung pertunjukkan dan mulai beroperasi pada tahun 1933.
Sampoerna Theater
Awalnya Sampoerna Theater dikenal dengan nama Bioscoop Dapoean yang merujuk kepada kawasan dimana bioskop ini berdiri. Di kemudian hari, Sampoerna Theater dikenal sebagai gedung pertunjukkan yang megah dan nyaman dengan kapasitas 1.000 orang. Hal ini tertuang pada semboyan “Theater Luas Hawa Tjukup” yang tertulis pada setiap iklan film yang diputar disini.
Keberadaan Sampoerna Theater juga menjadi saksi perkembangan perfilman pada era 1930-1960an, dimana gedung ini memutar berbagai jenis film mulai dari film bisu, film hitam putih hingga film bersuara dan berwarna, baik dari luar maupun dalam negeri. Seperti yang dapat dilihat dari koleksi-koleksi yang dipamerkan di museum House of Sampoerna, yaitu piringan hitam, iklan bioskop tahun 1930-1960an, maupun berbagai poster film yang pernah diputar di Sampoerna Theater seperti film Stowaway (1936), Northern Pursuit (1943), Niagara (1952) yang dibintangi oleh Marlyn Monroe (peraih Golden Globe award tahun 1961). Selain difungsikan sebagai tempat pemutaran film, berbagai pentas budaya seperti sirkus China dari Shanghai maupun drama dari Beijing dan Hongkong digelar disini. Tidak mengherankan bila Sampoerna Theater menjadi satu-satunya gedung pertunjukan di Surabaya yang memiliki panggung berputar dan lantai buatan untuk efek khusus. Charlie Chaplin mengunjungi teater ini ketika ia datang ke Surabaya tahun 1932. Gedung bioskop ini juga pernah digunakan oleh Dr. Ir. Soekarno, yang nantinya menjadi presiden pertama Indonesia, untuk serangkaian pidato-pidato untuk mendukung perlawanan Indonesia terhadap penjajah.
Poster Film Nasional
Pada masanya, Sampoerna Theater juga merupakan satu-satunya bioskop di Surabaya yang memberikan penawaran menarik bagi para penonton, yaitu dengan diadakannya undian berhadiah. Pengundian dilakukan oleh portir dengan mengundi nomor seri yang tertera pada karcis masuk. Berbeda dengan bioskop lain yang mayoritas portirnya laki-laki, kebanyakan portir yang bertugas di Sampoerna Theater adalah perempuan. Sampoerna Theater berhenti beroperasi di tahun 1963 karena auditorium sentral difungsikan menjadi tempat pelintingan tembakau.
Poster Film Asing