Just another alif site

Archive for the ‘kuliner’ Category

Melintas Waktu ke Masa Lalu di House of Sampoerna Cafe

Selain Museum, House of Sampoerna Surabaya juga menyediakan Cafe yang nyaman untuk hang out. Berbagai sajian khas Barat maupun Asia dapat kita nikmati di Cafe yang bergaya Art Deco ini. Selain menikmati sajian makanan, cobalah untuk menikmati setiap detail bangunan The Cafe ini. Detail kayu jati dan kaca-kaca patri pada jendela memberikan efek pencahayaan yang romantis.

Minuman yang ditawarkan disini pun cukup unik: ada wedang kunyit asem, kopi rempah, jembatan merah, asem-asem seger, dll. Harganya pun cukup terjangkau. Bagi yang ingin merasakan atmosfer masa lalu yang romantis, cafe ini layak untuk dikunjungi.

Taman Safari Cisarua Bogor

Menyaksikan ribuan koleksi satwa dari dekat dengan konsep kebun binatang masa kini dimana satwa dilepas bebas seperti di habitat aslinya. Tidak hanya satwa endemik Indonesia tapi juga satwa langka dunia. Hal ini serasa melakukan perjalanan wisata di hutan belantara dunia, sambil menikmati keindahan panorama yang sejuk di lereng Gunung Pangrango.
Paragraf diatas merupakan tulisan yang tertera di brosur yang dibagikan ketika kita masuk ke Taman Safari. Well, sebenarnya acara pergi ke sini tidak direncanakan. Karena urusan di siang hari sudah beres, dan berhubung sudah cuti juga, maka kami putuskan pergi ke Taman Safari. Lagian lebih enak ke Taman Safari di hari kerja, karena apabila weekend pasti daerah Puncak macet baget.


Sesuai dengan deskripsi yang ada di brosur, kita bisa bertemu dengan berbagai macam hewan dari berbagai benua. Dari gajah sumatra, sampai dengan singa afrika. Semua hewan-hewan tersebut dikelompokkan dalam berbagai zona. Untuk binatang buas, terdapat pemisah berupa pagar tinggi, sehingga apabila kita hendak masuk ke zona tersebut, kita harus memberhentikan mobil terlebih dahulu, menunggu pintu gerbang untuk dibuka.

Sebaiknya memang datang pagi untuk kesini, karena banyak wahana dan show yang dapat kita nikmati di dalam taman safari. Untuk menikmati show nya, kita harus mencermati jadwal yang ada di brosur. Sayang karena kami datangnya sudah agak sorean, jadi hanya bisa menyaksikan Elephant Show. Harga tiket masuk yang mahal ( 100 ribu per orang dan 15 ribu per mobil ), menjadi terasa murah apabila dibandingkan dengan banyaknya free show yang seharusnya bisa kami tonton. Sedangkan untuk wahana permainan, terdapat biaya tambahan.

Ok gpp, next time harus spare time yang cukup untuk berkunjung kesini. Lagian Taman Safari juga tidak terlalu jauh dari Jakarta. Apalagi ternyata ada penginapan bergaya caravan di dalam kompleks Taman Safari, sepertinya patut dicoba untuk merasakan tidur di dalam caravan, seperti di film-film barat =D

Setelah melihat hewan-hewan di Taman Safari dan sesekali memberikan makanan ke hewan-hewan tersebut, giliran perut kami yang perlu diberikan makanan. Hm, sepertinya mampir di restoran Cimory menjadi pilihan yang oke. Jadi sebelum masuk tol, kami mampir dulu untuk dinner di Cimory. Cisarua Mountain Dairy merupakan nama lengkap dari perusahaan yang punya restoran dan bisnis yoghurt ini. Di restoran tersebut kita juga bisa melihat pabrik yoghurt yang biasa kami beli di minimarket.  Di pintu keluar restoran terdapat toko oleh-oleh, rasanya mata kembali digoda untuk membeli makanan kecil untuk teman-teman kantor. Jadi banyak pengeluaran deh di hari cuti ini. Tapi gpp, yang penting hati senang =) Untuk foto-foto lebih lengkap, silahkan klik disini.

Steakhotel by HolyCow!

Holycow! Nama ini begitu terkenal setahun belakangan ini di kalangan pecinta steak di Jakarta. Konon kabarnya ada teman yang sampai antri 1,5 jam demi menyantap steak disini. Kabarnya daging wagyu yang disajikan disini sangat enak seperti sajian di hotel, tapi dengan harga kaki lima.
Ok, segera kami meluncur ke Jalan Radio Dalam Jakarta Selatan. Kami pun melambatkan mobil untuk mencari Holycow di pinggir jalan sebelah kanan apabila kita datang dari arah PIM. Neon sign warna merah menandakan lokasi Holycow, hanya saja letak neon sign nya tidak terlalu tinggi, karena Holycow sendiri merupakan warung kaki lima di depan sebuah ruko. Tendanya yang berwarna merah, dengan tulisan “Hello Carnivores!”, seakan menyapa kami. Tidak banyak meja yang disediakan karena memang lokasi usahanya juga tidak terlalu besar. Beruntung kami tidak perlu masuk waiting list karena ada meja kosong saat kami datang. Tanpa perlu terlalu lama mempelajari daftar menu, kami segera memesan steak Wagyu Rib Eye dengan tingkat kematangan medium seharga IDR 98rb. Untuk minum disediakan pilihan ice tea seharga IDR 13,5rb dengan opsi dapat di-refill.

Holycow Steak di Jalan Radio Dalam

Dengan meja yang tidak terlalu banyak, membuat pelayanan Holycow optimal. Waktu tunggu sampai pesanan datang cukup cepat, sekitar 15 menit. Hm, sajian di piring cukup sederhana: steak, french fries, bayam, saos. Sederhana apabila dibandingkan dengan sajian steak di restoran besar yang biasanya menyajikan banyak varian sayur seperti kacang panjang, wortel, dll. Tapi sepertinya memang makan steak intinya ya daging steak! Tanpa perlu dipusingkan dengan bermacam sayuran yang mungkin sebagian orang tidak suka. Bagi kami, sajian piring Holycow ini sederhana tapi cerdas.
Tanpa banyak omong, kami segera memotong daging dan menyantap. Daging yang lembut, membuat kita tidak perlu banyak tenaga untuk memotong. Mengunyah daging wagyu pun juga sangat bersahabat buat gigi kita. Semua bagian daging yang disajikan di piring ini sangat lembut, gigi kita pun tidak bekerja terlalu keras untuk mengunyah, sehingga mulut kita pun dapat berkonsentrasi dalam merasakan kegurihan daging ditambah saus blackpepper.

Wagyu Rib Eye

Tanpa terasa, hanya beberapa menit saja piring sudah bersih. Rupanya saking enaknya, kami sibuk melahap tanpa banyak bicara. Holycow steak memang maknyus! Btw, buat yang tidak suka bawa uang cash terlalu banyak, tersedia EDC untuk membayar via debit BCA atau kartu kredit.

Maja House: Great City Light View, and Great Dining

Bandung memang gak ada matinya untuk urusan kuliner. Dengan kontur tanah di pegunungan, banyak bertebaran restoran-restoran dengan view kota Bandung dari atas. Kali ini tujuan makan malam kami adalah Maja House yang terletak di Jalan Sersan Bajuri no 72.
Konsep interior restoran ini berbeda dengan beberapa restoran sejenis yang sering saya kunjungi seperti the Valley atau the Peak. Maja House terlihat lebih casual dan bangku-bangkunya cocok untuk nongkrong bareng dengan teman-teman. Bagian dalam restoran ini bisa juga dijadikan sebagai dance floor dengan menyingkirkan bangku-bangku nya keluar ruangan. Kayaknya memang pada malam tertentu tempat ini menjadi tempat dugem.

Maja House Bar and Resto

Kami pun memilih bagian luar restoran ini dimana bangkunya berbentuk kasur dengan meja kecil di sisi nya. Menu yang kami pesan adalah Buffalo Wings, Spaghetti Oglio Olio, Lasagna, Chicken Roll dengan dessert Chocolate Fondants with Vanilla Ice Cream.

our dining

Overall, menurut saya tempat ini boleh juga dikunjungi sebagai referensi tempat gaul alternatif. Arsitektur bangunan modern minimalis dengan interior yang bagus plus pemandangan city light kota Bandung menjadi sajian utama sebenarnya dari restoran ini, karena untuk urusan makanan saya kurang begitu menemukan keistimewaan jika dibandingkan dengan harga makanan yang dipatok. Mungkin karena lidah saya kurang cocok dengan makanan yang berbau eropa. Karena menurut @dhinidounsky dan @dinurrahma makanannya enak… Ya selera orang memang relatif 🙂

Potato Head: Club Penikmat Sunset

Bali memang punya segudang tempat hangout asik untuk bersantai bersama pasangan atau teman. Kali ini kami mencoba Potato Head Beach Club Bali yang berlokasi di Jalan Petitenget – Seminyak. Bangunan club ini tidak terlihat dari tepi jalan. Untuk menuju ke lokasi, kita melewati semacam gang sebelum akhirnya menemukan bangunan unik yang dihiasi oleh ornamen jendela-jendela kayu yang berjejalan. Jadi ketika kita melintas di Jalan Petitenget, cari aja dulu plang yang bertuliskan Potato Head, dimana ini merupakan pertanda buat kita untuk memasuki gang tersebut. Untuk yang benar-benar ingin suasana tenang, mungkin bisa mencoba untuk datang kesini pada sore hari, sambil menikmati sunset. Untuk para penggemar party, malam hari waktu yang cocok karena setting-an tempat nya bisa dirubah menjadi tempat dugem. Yang pasti untuk yang lagi di Bali, kudu cobain tempat ini!

Kali ini kami ingin menikmati Potato Head dalam suasana tenang sambil menikmati sunset. Tips dari kami, usahakan untuk memesan meja dulu sebelum datang kesini pada sore hari, karena bisa dipastikan meja terisi penuh oleh para pemuja sunset. Untuk yang gak sempat pesan meja seperti kami, bisa mencoba beberapa tips berikut untuk melewati petugas di pintu depan:

  1. “Hi, temen saya tadi dah masuk duluan, saya ketinggalan soalnya parkir-in mobil dulu” > tapi bisa apes kalau ditanya nama teman nya yang tadi dah masuk siapa. Apalagi kalau kita nya ramean, masa parkir mobil aja kudu rame-rame, hehehe…
  2. “Udah pesen table nih atas nama Charlie” > rata-rata yang kesini emang bule, jadi asal nyablak aja nama orang bule kebanyakan, siapa tahu bener emang ada Charlie yang udah booking table. Sayangnya pas kami coba tips ini, gak ada yg pesan table atas nama Charlie 😦
  3. Pasang muka sok kaya, berani bayar brapa aja.

Well, tips nomor 3 yang berhasil, akhirnya kami dapat table di sisi pantai, cocok untuk menikmati sunset. Tapi ada syaratnya, yaitu minimum order 500rb. Oke lah, we’ll pay it! Abis udah jauh-jauh kesini masa gagal. Lagian kami ber-6, jadi ya urunan sajalah:)

Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, pengunjung club ini didominasi oleh orang-orang bule. Suara musik berirama soulful membikin suasana semakin cozy. Walaupun suasana seperti bukan di Indonesia, ada satu yang dijaga disini, yaitu etika. Jadi ceritanya ada bule cewe yang lagi topless di pool bar. Sesaat setelah si bule melepas bagian atas bikini nya,  tiba-tiba petugas security datang dan menegurnya. Salut untuk Club ini yang berani menegur tamu yang dirasa melanggar etika ketimuran.

Potato Head memiliki halaman belakang berupa pantai yang sebenarnya merupakan terusan jauh dari Pantai Kuta. Jadi gak salah memang kalau club ini termasuk yang paling oke untuk menikmati sunset. Beruntung bagi kami, sunset pada sore itu sangat indah.Guratan awan menambah tekstur langit Bali. Untuk para pemuja sunset, wajib hukumnya untuk datang kesini!

sunset at potatohead

Btw, ketika kami close tagihan, ternyata gak sampai 500rb, hanya 450rb sekian dah including pajak. Jadi sepertinya minimal charge nya tidak berlaku seperti yang disampaikan petugas di pintu depan. Jadi untuk yang lupa belum pesan meja pas ke Potato Head dan gak bisa masuk karena dibilang sudah full reserved, silakan mengikuti tips saya diatas yang nomor 3 🙂

nge-Sambel Ganja di RM Seulawah

RM Seulawah

RM Seulawah

Daerah Benhil memang ga ada matinya untuk urusan kuliner. Salah satu favorit saya adalah RM Seulawah-khas Aceh. Berlokasi persis di depan RSAL Mintoharjo. Beragam menu yang menarik membuat saya selalu bingung untuk memilih hidangan yang ingin disantap, karena semuanya enak! Untuk menu favorit saya disini adalah ikan hiu, ayam tangkap, dan desert berupa tape putih. Anyway, apapun makanannya, pastikan selalu ada sambal ganja, ini yang bikin nyandu 🙂 !

nge-ganja di Seulawah

nge-ganja di Seulawah